Honda BR-V, Aura MPV Rasa SUV
Otosia.com - Mungkinkah rasa mengendarai Honda BR-V akan sama
seperti mengendarai Mobilio? Pertanyaan itulah yang muncul pertama
ketika mobil crossover ini berada di depan kami. Melalui media test
drive yang diadakan Honda di Bali, kami berkesempatan menjawab rasa
penasaran itu.
Bukan tanpa sebab rasa penasaran tersebut muncul.
Mobil bermesin 1.500 cc ini sering dianggap sebagai versi besar dari
Mobilio. Memang tidak sama persis, tetapi tampilan Mobilio melekat pada
BRV, sekalipun ia lebih besar, tinggi, dan disertai beberapa detail yang
memberikan perbedaan.
Kami lalu coba mengesampingkan perasaan
tersebut. Namun apa daya, sesaat memasuki kabin, perasaan itu muncul
kembali. Tampilan dashboard dan speedometer yang mirip dengan Jazz tak
cukup kuat menutupi aura Mobilio dari balik kemudi.
Sebagai
crossover yang menggabungkan MPV dan SUV, porsi untuk menunjukkan kesan
SUV hampir-hampir tidak terasa. Mungkin, hal ini disebabkan oleh posisi
duduk yang rendah mirip seperti karakter sedan, atau ya sekali lagi,
mirip Mobilio. Maka, kami menduga, perjalanan nanti akan senyaman
seperti di MPV tersebut.
Dari
luarnya, Honda BR-V cuma punya jendela belakang baris ketiga secuplik
jika dibandingkan kaca untuk baris pertama dan kedua. Kalau di Mobilio,
tiap kaca lebarnya seakan dibagi rata. Namun, bukan berarti mobil yang
juga 7-seater ini sempit, malahan terasa sangat luas.
Ruang kaki baik di baris depan, tengah, dan belakang cukup luas.
Begitu pula bagasi. Tanpa perlu melipat kursi belakang, ruang buritan
itu dapat menampung 4 sampai 5 galon air minum.
Memang, BR-V lebih panjang dengan ukuran 4.456 mm dibanding Mobilio
yang punya panjang 4.386-4.398 mm. Selisihnya dimanfaatkan betul oleh
Honda untuk mengomposisi ruang duduk tiga baris tanpa harus ada yang
kesal gara-gara terjepit.
Bisa diakui, kekedapan di kabin BR-V cukup baik. Suara ban yang
berbenturan dengan jalan, yang masih agak terdengar di Mobilio, terasa
lebih baik di BR-V. Memang, jika dibandingkan dengan Honda Freed, BR-V
masih di bawahnya. Namun, apa yang ada ini sudah cukup untuk memberikan
kenyamanan saat berkendara.
Dari sisi multimedia, perangkat audio BR-V cukup mumpuni. Suara yang
diantarkan seimbang berkat speaker yang berada di kedua sisi pintu, baik
di kabin depan maupun belakang.
Namun, terdapat sedikit kekurangan pada headunit yang digunakan BR-V.
Meski hadir dalam bentuk layar sentuh 6,1 inci, kami sedikit kesulitan
untuk mengatur volume suara. Salah satu cara yang paling mudah adalah
dengan memencet tombol fungsi di setir. Namun, akan cukup merepotkan
apabila penumpang yang berada di baris depan ingin ikut mengontrol.
Di luar itu, BR-V sudah turut pada tren terkini. Ada koneksi
Bluetooth, colokan HDMI, serta koneksi untuk iPhone dan ponsel Android.
Memasuki hari kedua, trek panjang sejauh 80 kilometeran kami jajal
dari Hotel Ayana, Bali, menuju Batur Geopark, Kintamani. Kebetulan,
jalan yang kami lalui cukup basah akibat hujan yang turun pada hari
pertama.
Dari segi akselerasi, BR-V cukup mantap meski sering terjadi
keterlambatan respons ketika baru mulai berjalan. Hal ini boleh dinilai
wajar mengingat bobotnya lebih besar dari Mobilio, sementara keduanya
menggunakan mesin yang sama. Selisih bobotnya 40-50 kg.
Namun, ketika mobil berada di putaran tinggi, ledakan tenaga langsung
terasa. Jarum speedometer langsung melejit dengan cepat ketika pedal
gas diinjak dalam-dalam dan mesin mencapai putaran atas.
Honda memang menyuguhkan setelan yang berbeda pada mesin 4-silinder
1.5 L i-VTEC bagi BR-V dan Mobilio. Walau dengan mesin yang serupa,
tenaga yang disemburkan BR-V bisa sampai 120 PS, sementara Mobilio 2 PS
di bawahnya untuk putaran maks yang sama, 6.600 rpm.
Dengan adaptasi terhadap mesin itu, BR-V dapat diandalkan saat
menghadapi jalanan terjal di daerah Kintamani. Meski mesin sedikit
meraung untuk mendapatkan momentum, pendakian dapat diatasi dengan
mudah.
Dari segi handling, BR-V nyaman dan lincah. Jalur berkelok dengan
sudut yang patah dapat dilibas dengan baik tanpa rasa limbung. Memang
ada sedikit rasa understeer. Namun, hal itu wajar akibat bobot dan
ketinggian mobil.
Sesampainya di Batur Geopark, Kintamani, kami langsung disambut trek
ekstrem berbatu bekas jalur lahar Gunung Kintamani. Berbagai ukuran batu
terhampar di sana.
Pada awalnya, kami ragu, masa iya mobil ini dapat melewatinya tanpa
kendala? Sebagai permulaan, kami pun berjalan dengan kecepatan rendah.
Suspensi BR-V yang terasa keras ternyata memberikan kenyamanan maksimal.
Mobil tetap stabil tanpa membuat kami yang berada di dalam kabin
terlempar ke sana kemari.
Setelah mengetahui hal tersebut, kami pun memberanikan diri untuk
berakselerasi lebih cepat. Trek tak rata itu kami coba libas sambil
menginjak pedal gas dalam-dalam.
Seperti penjelasan di atas, mobil sedikit terlambat mendapatkan
tenaga untuk berakselerasi. Namun, ketika putaran mesin berada di atas,
mobil langsung terpacu dengan liar.
Saat melintasi trek itu, kami bisa merasakan kaki-kaki Macpherson
Strut di depan dan H-Shape Torsion Beam di belakang bekerja cukup keras.
Menariknya, meski berada di kecepatan tinggi, handling mobil sangat
baik dan tidak terombang-ambing. Kemudi merepson dengan baik. Di sinilah
perasaan SUV dari BR-V muncul membuat kami lupa bahwa mobil ini juga
memiliki aura MPV.
Hanya saja, visibilitas menjadi permasalahan di sini. Posisi duduk
yang bak mobil sedan agak menyulitkan kami untuk melihat jalur di depan.
Mungkin akan menarik jika tinggi-rendah kursi bisa disetel.
Walau begitu, mobil dapat dengan lincah melibas trek ekstrem, sekalipun menggunakan ban standar jalan aspal.
UNTUK INFORMASI DAN PEMESANAN HUBUNGI :
HONDA REMAJA JAYA
DHANY
085205400500
081355763983
HONDA REMAJA JAYA
DHANY
085205400500
081355763983
Tidak ada komentar:
Posting Komentar